Rabu, 25 November 2009

Wacana

> Subject: Untuk Wacana --> SILA KE DUA ADIL DAN BERADAP
>
>>
> Tuntunan moral sila kedua dan kelima Pancasila semakin menjauh dari realitas sosialnya. Sila kedua berbunyi:
> ‘Kemanusiaan yang  Adil dan Beradab’, sedangkan
> sila kelima tertuliskan: ‘Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia’.
>
> Sila kedua dan kelima Pancasila  memberikan apresiasi
kepada rakyat dan pemerintah Indonesia untuk 
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar melakukan
kegiatan kemanusiaan dan berani membela kebenaran dan
keadilan.  Selain itu, kedua sila tersebut menjamin
rakyat dan pemerintah Indonesia memiliki hak dak kewajiban
yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
tatakehidupan masyarakat Indonesia.  Selanjutnya, kedua
sila Pancasila ini mengajarkan kepada kita perihal perbuatan
luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
gotong royong.  Untuk  itu,  secara serius
dan terus menerus, perlu dikembangkan sikap adil terhadap
sesama. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban antar
warga negara. Dan paling  penting, menghormati hak-hak
orang lain dalam konteks keberagaman yang beradab.
> Sayangnya, rasa keadilan sosial yang berkemanusiaan dan
beradab, seperti digariskan sila kedua dan kelima Pancasila
agaknya diinterpretasikan lain oleh para pejabat publik,
penegak hukum, dan wakil rakyat.
> Kasus nenek  Minah dengan tiga buah kakao, 
> simpang siurnya Bank Century,  gonjang ganjing perkara
Wakil Ketua KPK non aktif Bibit-Chandra, Anggodo, Kejaksaan
dan Kepolisian, dan rencana boikot penyelenggaraan
sertifikasi guru oleh Forum Rektor Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan, adalah contoh kecil atas reinterpretasi yang
salah terhadap sila kedua dan kelima Pancasila.
>
> Dalam konteks ini, para pejabat publik, penegak hukum dan
wakil rakyat ditengarai memberikan makna baru atas rasa
keadilan yang tidak berkeadilan demi kepentingan pribadi dan
kelompok kecilnya. Mereka sengaja menciptakan kekerasan
simbolik yang dihidupkan, dilestarikan dan dibuatkan berita
acaranya agar memiliki kandungan hukum dengan azas legalitas
formal. Ujung-ujungnya, rasa keadilan yang beradab seperti
digariskan sila kedua dan kelima Pancasila tidak dijadikan
prioritas utama. Dampaknya, rakyat kecil yang jumlahnya
ratusan juta jiwa ini mengalami kesulitan mendapatkan rasa
keadilan yang hakiki. Mereka pun merasakan kelelahan sosial
akibat rasa keadilan yang berkemanusiaan semakin menipis
dalam genggaman kehidupan sehari-hari.
> Akibat turunannya, sebagian besar masyarakat mengalami
tunasemangat manakala melihat suguhan opera sabun yang
dipentaskan  para pejabat publik, penegak hukum dan
wakil rakyat. Sebuah pementasan sandiwara yang
mengetengahkan cerita egoisme pribadi dan golongan dengan
mengatasnamakan kepentingan rakyat.
>>------------------------ Next--------->>

Tidak ada komentar: